RANJAU
EKSPLOITASI ANAK PENGHANCUR NEGERI
Sadarkah
anda jika kemajuan sebuah negara ada pada tangan anak-anak? Mungkin anda heran
mengapa anak-anak bisa berpengaruh besar terhadap kemajuan sebuah negara. Tapi
ini memang faktanya. Semakin bertambahnya jumlah anak-anak yang menghabiskan
sebagian atau seluruh waktunya di jalan menunjukkan kegagalan sebuah negara.
Dilansir
dari sebuah situs media masa Cirebon, Bidang Ekonomi Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) kota Cirebon mencatat penduduk kota Cirebon pada
tahun 2010 lebih dari 300 ribu jiwa. Dari data tersebut 66.536 diantaranya
masuk dalam kategori miskin. Menurut data dari KPAI anak-anak yang mengalami
tindak kekerasan dan eksploitasi diantaranya anak diperkerjakan sebesar 4.5
juta jiwa, 3 juta anak yang melakukan pekerjaan berbahaya, 2.5 juta anak yang
mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual, serta 40.000 anak yang
mengalami kasus eksploitasi seksual.
Banyaknya
anak yang harus menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja di jalan maupun
di sektor lainnya adalah bukti masih banyaknya keluarga dengan perekonomian
yang rendah. Perjuangan mereka tak selamanya berjalan mulus. Mereka harus
berhadapan dengan tindakan kekerasan dan eksploitasi anak. Seperti yang pernah
terjadi di sebuah pabrik teh yang berlokasi di kawasan kedawung. Dilansir dari
sebuah situs berita 80 anak menjadi korban kasus eksploitasi di pabrik
tersebut. Mereka bekerja dari pukul 06.00 sampai 17.00 dengan jedah waktu
istirahat hanya satu jam. Upah yang mereka dapatkan sangat minim hanya 10-15
ribu per hari.
Kejadian
yang direkam oleh memori sang anak akan selalu teringat sampai ia dewasa kelak.
Jika anak pada usia muda sudah dijejali dengan contoh tindak kekerasan, maka
diperkirakan pola pikir dan hidup mereka juga akan dijalani dengan kekerasan.
Tindak kekerasan seperti ini biasanya dicontohkan oleh keluarga yang penuh
dengan konflik.
Memang
tindak kekerasan pada anak tidak hanya datang dari orang tua yang penuh dengan
konflik. Namun, bisa juga datang dari lingkungan sekolah dimana anak mendapat
kekerasan karena tuntutan guru dalam pencapaian prestasi. Banyak kasus tentang
tindak kekerasan pada anak yang belum terungkap karena anggapan masalah
kekerasan pada anak adalah masalah domestik yang tidak perlu dipublikasikan. Padahal
jika anak dibiarkan terus menerus mendapat kekerasan, akan membuat anak tidak
mendapat kenyamanan di rumah dan cenderung untuk berpikir lari dari rumah dan
memilih hidup dengan kebebasan di jalanan yang akhirnya akan menambah jumlah
anak jalanan.
Keluarga
dengan latar belakang permasalahan ekonomi juga turut menyumbang bertambahnya
jumlah anak jalanan. Melihat kondisi permasalahan ekonomi keluarga anak
terpaksa ikut membantu orang tua dengan bekerja. Mereka tidak lagi memikirkan
pendidikan di usia mereka yang masih belia. Yang mereka pikirkan adalah
bagaimana mendapatkan uang untuk menyambung hidupnya dan keluarga setiap hari.
Dalam keadaan ini sangatlah mudah bagi anak untuk turun ke jalan. Melihat latar
belakang pendidikan mereka yang rendah sehingga berakibat pada tidak adanya
keterampilan kerja yang mereka kuasai.
Mayoritas
anak yang mengais pundi-pundi rupiah di jalan maupun di sektor lainnya adalah
anak dengan pendidikan yang rendah bahkan ada yang sama sekali tidak pernah
mengenyam bangku pendidikan. Rendahnya pendidikan mereka yang menyebabkan
mereka rentan menjadi korban eksploitasi anak dan tindak kekerasan. Mereka yang
bekerja di jalan rentan mengalami tindak kekerasan seperti pemalakkan oleh orang
yang lebih dewasa yang sama-sama hidup di jalanan. Sedangkan anak yang bekerja
di tempat-tempat yang tidak memerlukan keahlian khusus dalam bekerja mereka
cenderung mengalami tindak kekerasan berupa kasus ekploitasi fisik. Mereka
bekerja dengan tenaga yang ekstra , dengan waktu bekerja dan waktu untuk
istirahat yang tidak seimbang serta upah yang minim. Melalui stimulasi berbagai
tindak kekerasan fisik, mental bahkan sosial yang terus menerus akan membentuk
sebuah nilai baru dalam perilaku yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai
cara untuk mempertahankan hidup. Sehingga ketika anak itu dewasa kelak
kemungkinan akan menjadi salah satu pelaku kekerasan dan eksploitasi terhadap
anak.
Tindak
kekerasan terhadap anak merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM. Mempekerjakan
anak kecil dalam jangka waktu yang lama akan berdampak pada masalah sosial.
Pemecahannya memerlukan tindakan kolektif dari semua lapisan masyarakat.
Pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak untuk anak jalanan,
menggratiskan pendidikan serta memberikan pelatihan keterampilan kerja. Orang
tua harus memberi anak pendidikan cara melindungi diri dari segala bentuk
potensi kekerasan, mendidik anak dengan kasih sayang dan mengenal Tuhan. Karena
pada dasarnya orang tua merupakan tombak penentu mempersiapkan anak untuk menjadi
generasi penerus di masa depan.
Stop
eksploitasi anak dari sekarang karena setiap anak yang lahir berhak memperoleh
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi serta berbagai bentuk eksploitasi
ekonomi, seksual, maupun penelantaran.
Ditulis
oleh siska handayani mahasiswi FKIP unswagati program studi pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar