Jumat, 09 Januari 2015

ARTIKEL SISKA HANDAYANI KELAS 2E 113050070


RANJAU EKSPLOITASI ANAK PENGHANCUR NEGERI
Sadarkah anda jika kemajuan sebuah negara ada pada tangan anak-anak? Mungkin anda heran mengapa anak-anak bisa berpengaruh besar terhadap kemajuan sebuah negara. Tapi ini memang faktanya. Semakin bertambahnya jumlah anak-anak yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalan menunjukkan kegagalan sebuah negara.
Dilansir dari sebuah situs media masa Cirebon, Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota Cirebon mencatat penduduk kota Cirebon pada tahun 2010 lebih dari 300 ribu jiwa. Dari data tersebut 66.536 diantaranya masuk dalam kategori miskin. Menurut data dari KPAI anak-anak yang mengalami tindak kekerasan dan eksploitasi diantaranya anak diperkerjakan sebesar 4.5 juta jiwa, 3 juta anak yang melakukan pekerjaan berbahaya, 2.5 juta anak yang mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual, serta 40.000 anak yang mengalami kasus eksploitasi seksual.
Banyaknya anak yang harus menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja di jalan maupun di sektor lainnya adalah bukti masih banyaknya keluarga dengan perekonomian yang rendah. Perjuangan mereka tak selamanya berjalan mulus. Mereka harus berhadapan dengan tindakan kekerasan dan eksploitasi anak. Seperti yang pernah terjadi di sebuah pabrik teh yang berlokasi di kawasan kedawung. Dilansir dari sebuah situs berita 80 anak menjadi korban kasus eksploitasi di pabrik tersebut. Mereka bekerja dari pukul 06.00 sampai 17.00 dengan jedah waktu istirahat hanya satu jam. Upah yang mereka dapatkan sangat minim hanya 10-15 ribu per hari.
Kejadian yang direkam oleh memori sang anak akan selalu teringat sampai ia dewasa kelak. Jika anak pada usia muda sudah dijejali dengan contoh tindak kekerasan, maka diperkirakan pola pikir dan hidup mereka juga akan dijalani dengan kekerasan. Tindak kekerasan seperti ini biasanya dicontohkan oleh keluarga yang penuh dengan konflik.
Memang tindak kekerasan pada anak tidak hanya datang dari orang tua yang penuh dengan konflik. Namun, bisa juga datang dari lingkungan sekolah dimana anak mendapat kekerasan karena tuntutan guru dalam pencapaian prestasi. Banyak kasus tentang tindak kekerasan pada anak yang belum terungkap karena anggapan masalah kekerasan pada anak adalah masalah domestik yang tidak perlu dipublikasikan. Padahal jika anak dibiarkan terus menerus mendapat kekerasan, akan membuat anak tidak mendapat kenyamanan di rumah dan cenderung untuk berpikir lari dari rumah dan memilih hidup dengan kebebasan di jalanan yang akhirnya akan menambah jumlah anak jalanan.
Keluarga dengan latar belakang permasalahan ekonomi juga turut menyumbang bertambahnya jumlah anak jalanan. Melihat kondisi permasalahan ekonomi keluarga anak terpaksa ikut membantu orang tua dengan bekerja. Mereka tidak lagi memikirkan pendidikan di usia mereka yang masih belia. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana mendapatkan uang untuk menyambung hidupnya dan keluarga setiap hari. Dalam keadaan ini sangatlah mudah bagi anak untuk turun ke jalan. Melihat latar belakang pendidikan mereka yang rendah sehingga berakibat pada tidak adanya keterampilan kerja yang mereka kuasai.
Mayoritas anak yang mengais pundi-pundi rupiah di jalan maupun di sektor lainnya adalah anak dengan pendidikan yang rendah bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Rendahnya pendidikan mereka yang menyebabkan mereka rentan menjadi korban eksploitasi anak dan tindak kekerasan. Mereka yang bekerja di jalan rentan mengalami tindak kekerasan seperti pemalakkan oleh orang yang lebih dewasa yang sama-sama hidup di jalanan. Sedangkan anak yang bekerja di tempat-tempat yang tidak memerlukan keahlian khusus dalam bekerja mereka cenderung mengalami tindak kekerasan berupa kasus ekploitasi fisik. Mereka bekerja dengan tenaga yang ekstra , dengan waktu bekerja dan waktu untuk istirahat yang tidak seimbang serta upah yang minim. Melalui stimulasi berbagai tindak kekerasan fisik, mental bahkan sosial yang terus menerus akan membentuk sebuah nilai baru dalam perilaku yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk mempertahankan hidup. Sehingga ketika anak itu dewasa kelak kemungkinan akan menjadi salah satu pelaku kekerasan dan eksploitasi terhadap anak.
Tindak kekerasan terhadap anak merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM. Mempekerjakan anak kecil dalam jangka waktu yang lama akan berdampak pada masalah sosial. Pemecahannya memerlukan tindakan kolektif dari semua lapisan masyarakat. Pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak untuk anak jalanan, menggratiskan pendidikan serta memberikan pelatihan keterampilan kerja. Orang tua harus memberi anak pendidikan cara melindungi diri dari segala bentuk potensi kekerasan, mendidik anak dengan kasih sayang dan mengenal Tuhan. Karena pada dasarnya orang tua merupakan tombak penentu mempersiapkan anak untuk menjadi generasi penerus di masa depan.
Stop eksploitasi anak dari sekarang karena setiap anak yang lahir berhak memperoleh perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi serta berbagai bentuk eksploitasi ekonomi, seksual, maupun penelantaran. 

Ditulis oleh siska handayani mahasiswi FKIP unswagati program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar