Jumat, 09 Januari 2015

RESENSI SISKA HANDAYANI 2E 113050070


CEMBURU BUTA PEMBAWA PETAKA

Judul               : Tak Bisa Ke Lain Hati
Pengarang       : Feni Yuli
Penerbit           : Media Pressindo
Tebal               : 167 Halaman

Kejelian memotret kehidupan di sekolahnya, kemudian menggoreskan setiap inci inspirasi yang ia dapat dengan pena. Itulah yang dilakukan Feni Yuli. Novel perdananya dengan judul Tak Bisa Ke Lain Hati ini terinspirasi dari kehidupan di bangku sekolahnya. Ya, Feni Yuli saat ini memang masih duduk di bangku sekolah SMKN 12 Surabaya dengan jurusan animasi.
Kisah percintaan remaja yang masih labil tergambar jelas dalam novel ini. Vano dan Kania adalah tokoh imajiner utama buah inspirasi Feni Yuli. Mereka adalah sepasang kekasih yang hubungannya sedang dilanda ‘bencana’ dengan hadirnya Felia yang Kania anggap sebagai pihak ketiga dalam hubungannya dengan Vano. Anggapan tersebut tentu bukan semata-mata prasangka Kania terhadap Vano (pacarnya) dan Felia.
Ada yang tidak wajar. Kania mengendus sesuatu yang tidak beres antara Vano dan Felia, adik kelasnya yang kegatelan. Kania sering mendapati keduanya berbincang-bincang di luar batas hubungan antara kakak dan adik kelas. Seperti digambarkan pada satu keadaan dimana cuaca sedang hujan dan Vano lebih memilih meminjamkan jas hujannya kepada Felia dengan dalih laptop yang dibawanya ketimbang untuk melindungi tubuh pacarnya (Kania). Sontak hal ini membuat Kania emosi bukan kepalang.
Meskipun novel ini menceritakan tentang kisah hubungan dua insan yang sedang ‘dihinggapi’ orang ketiga, tetapi tidak semua adegan di novel ini ‘dibumbui’ dengan pertengkaran hebat. Banyak pula adegan-adegan romantis antara dua sejoli itu (Vano dan Kania). Bahkan selalu begitu. Setiap mereka bersitegang gara-gara Felia, namun tak jarang efek yang ditimbulkan atas kejadian itu malah lebih ‘manis’ ketimbang tragedi masuknya Felia di hubungan mereka.
Kania memang cemburu, bahkan cemburu berat terhadap Felia. Namun, di akhir cerita Kania akan sadar bahwa prasangka buruk dan rasa cemburunya sudah melewati batas kewajaran. Kania sempat melarang Vano mengangkat telvon dari Felia disaat mereka sedang berduaan. Padahal Felia menelvon Vano karena Felia adalah tetangga Vano dan ingin memberi kabar adik Vano sedang sekarat. Atas sikap cemburunya itu Kania merasa sangat bersalah karena secara tidak langsung dia ikut menjadi penyebab kematian adik Vano. Walaupun memang kematian sudah ada yang mengatur.
Dalam suatu hubungan mungkin cemburu memang perlu, tapi kalau berlebihan atau sampai cemburu buta itu juga tidak bagus. Dalam novel ini saya rasa Feni Yuli ingin menyampaikan pesan bahwa cemburu memang perlu karena itu mungkin bentuk tanda cinta tapi dengan syarat tidak sampai di luar batas kewajaran. Cerita mengalir santai serta banyak ‘dibumbui’ kisah-kisah romantis dan pelajaran yang tersirat lewat setiap lembar halamannya.
Meskipun begitu cerita ini merupakan inspirasi yang didapat penulis dari bangku sekolahnya, sehingga tidak heran jika di dalam novel ini anda akan banyak menemukan kata-kata yang berhubungan dengan jurusan animasi yang merupakan background pendidikan penulis. Memang penulis juga menyertakan terjemahan dari setiap kata-kata tersebut tapi hal itu cukup membuat pembaca harus membagi fokus dan perhatiannya antara alur cerita dan terjemahan dari setiap kata-kata asing yang berhubungan dengan dunia animasi tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar