KEBAREPAN RUMAH INDUSTRI SANDAL ‘WONG CIREBON’
Sandal
kebarepan, salah satu kerajinan tangan ‘Wong Cirebon’ yang sudah mendunia.
Selama
ini Cirebon hanya identik dengan empal gentong, batik trusmi, dan tari
topengnya saja. Padahal, ada satu bentuk kreatifitas ‘Wong Cirebon’ yang sudah
mendunia. Ya, sandal kebarepan namanya.
Kebarepan
adalah nama sebuah desa di kabupaten Cirebon yang terletak tepat di sisi jalur
pantura yang menghubungkan Cirebon dengan kota lain di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Sebagian penduduk di desa tersebut menggantungkan hidup dari usaha
pembuatan sandal.
Ibu
Erni, wanita berusia 59 tahun ini adalah ibu dari lima orang anak. Sejak tahun
1979 beliau mulai merintis usaha pembuatan sandal kebarepan. Menurut pemaparan
beliau, usaha pembuatan sandal ini sudah turun temurun di kawasan desa
kebarepan tersebut. Di awal perjuangannya, ibu Erni hanya membuat sandal dari
ban bekas dengan paku sebagai pengaitnya. Kemudian beliau terus mengembangkan
usahanya dengan mulai membuat sandal dari karet yang beliau sebut ‘sandal
murahan’.
Saat
ini usaha pembuatan sandal kebarepan tersebut beliau titipkan kepada anak
sulungnya. Ketika masih di bawah pimpinan ibu Erni, usaha tersebut pernah
mencapai puncak kejayaannya. Ini terlihat dari jumlah karyawan yang mencapai
100 orang pada saat itu. Mereka bekerja untuk memenuhi permintaan ekspor ke
beberapa negara seperti Nigeria, Afrika, Jepang, Arab, dan beberapa daerah di
kawasan Asia maupun Eropa.
Namun
sayang, kejayaan tersebut tak dapat dipertahankan sampai sekarang. Penurunan
permintaan ekspor terjadi di tahun 2003. Saat itu ibu Erni hanya bisa pasrah.
“Rizki memang sudah ada yang mengatur, mungkin memang jalannya harus begini. Ya
saya pasrah saja” begitu ujar ibu Erni dengan seutas senyum yang terus mengembang
ketika ditemui di kediamannya. Anjloknya permintaan ekspor tersebut
diperkirakan karena sandal hasil produksinya kalah bersaing dengan sandal buatan
Cina. Keadaan tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa empat tahun setelah usahanya
mengalami kemunduran, ibu Erni harus ikhlas melepas kepergian pendamping hidup
yang menemani beliau merintis usahanya dari bawah.
Di
tengah kondisi usaha yang terus mengalami kemerosotan, ibu Erni mencoba membuat
inovasi baru yakni dengan membuat sandal karakter dan sandal batik. Sandal
batik adalah buah pemikirannya karena pada saat itu beliau mempunyai ide
membuat sandal yang bisa diidentikkan dengan kota Cirebon. Beliau memanfaatkan
kain batik dengan motif mega mendung sebagai lapisan sandalnya. Kain batik
dengan motif mega mendung dipilih ibu Erni karena beliau melihat batik mega
mendung adalah ciri khas Cirebon. Sandal tersebut memang banyak diminati di
pasaran, namun setelah itu banyak teman usahanya yang ikut membuat sandal buah
pemikiran ibu Erni tersebut.
Banyak
kendala yang harus dihadapi ibu Erni dalam mempertahankan usaha yang beliau
rintis dari bawah. Pemasaran, ya saat ini permintaan ekspor sudah hampir tidak
datang lagi. Biasanya setahun sekali ketika akan memasuki pergantian tahun
(tahun baru) Jepang masih memesan. Meski tidak lagi dalam jumlah yang besar,
setidaknya itu dapat menjadi pemasukkan di kantong ibu Erni. Namun ketika
ditemui pada tanggal 12 Desember beliau mengaku belum ada permintaan untuk
ekspor, meski saat ini momen pergantian tahun (tahun baru) tinggal menunggu
hitungan hari saja. Kedua, minimnya tenaga kerja yang berminat masuk ke rumah
produksi sandalnya. Tak heran jika saat ini ibu Erni hanya memiliki lima orang
karyawan yang tersisa. Itupun hanyalah karib kerabatnya yang memang sudah lama
bekerja dengannya. Output-output SMA atau SMK lebih memilih bekerja di
pabrik-pabrik garment, textile, rokok, kabel, dan sektor-sektor lainnya. Memang
ibu Erni belum berminat menambah karyawan dalam waktu dekat ini, mengingat
masih minimnya permintaan konsumen. Selain itu, kendala yang harus dihadapi ibu
Erni adalah ‘bengkak’nya harga bahan baku di pasaran saat ini. Kenaikan harga
bahan baku untuk memproduksi sandal merangkak naik 10% dari biasanya. Ini pasti
‘buntut’ dari kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi. Harga
bahan baku melambung, tetapi ‘di lapangan’ konsumen keberatan jika harga sandal
mengalami kenaikan. Kalau sudah begitu, makin sulit saja perjuangan ibu Erni
untuk mempertahankan usahanya.
Upi,
wanita dengan dua orang anak ini mengaku telah bekerja di rumah produksi sandal
kebarepan ibu Erni sejak masih remaja
sampai sekarang. Setiap pagi, ibu Upi harus mengayuh sepeda ‘tunggangannya’ dari tempat tinggal beliau di
kawasan palimanan sampai di kebarepan. Rumah ibu Erni lah lahan ibu upi mengais
pundi-pundi rupiah. Jam kerja ibu Upi setiap hari dimulai pukul 07.30-16.30 WIB
dengan jeda waktu istirahat 30 menit ketika matahari sudah tepat menggantung di
tengah langit desa kebarepan. Upah kerja ibu Upi dibayar di akhir pekan. Ketika
ditemui di tempat kerjanya, terlihat ibu Upi sedang merapihkan bentuk sandal
dengan pisau Karter sebagai alat pemotongnya. Meskipun begitu, kerjaan ibu Upi
tidak sebatas merapihkan saja mengingat minimnya tenaga kerja yang ada di
tempat tersebut. Bisa dibilang jika ibu Upi adalah karyawan multitalent. Beliau
bisa mengerjakan apa saja mulai dari mengelem atasan sandal dengan dasaran,
memasang tali penjepit, dan merapihkan bentuk sandal. Dalam sehari rata-rata
ibu Upi mampu menyelesaikan 1-2 kodi sandal.
Setiap
harinya rumah produksi sandal kebarepan ibu Erni masih menghasilkan 5-10 kodi
sandal. Sandal-sandal tersebut beliau pasarkan di toko oleh-oleh khas Cirebon,
pasar pagi, dan untuk melayani permintaan pemesanan dari beberapa hotel dan
rumah sakit yang ada di sekitar wilayah Cirebon serta pelanggan lain dari
beberapa kota lainnya seperti Bandung dan lain sebagainya. “Untuk sandal karakter saya ‘bandroli’ Rp.
17.000/pasang dan harga tambahan Rp. 1.000/pasang jika konsumen ingin
menyertakan namanya di atas sandal karakter tersebut. Sedangkan untuk sandal
batik sendiri saya hanya mematok harga Rp. 8.000/pasang”. Begitu ungkap wanita
ramah pemilik usaha sandal kebarepan yang sudah berhasil mendunia.
Bisakah saya minta alamat atau nomor kontak ibu Erni ini? Ada perlu untuk pembuatan sandal batik. Tq
BalasHapus