Jumat, 09 Januari 2015

FEATURE SISKA HANDAYANI 2E 113050070


KEBAREPAN RUMAH INDUSTRI SANDAL ‘WONG CIREBON’



Sandal kebarepan, salah satu kerajinan tangan ‘Wong Cirebon’ yang sudah mendunia.
Selama ini Cirebon hanya identik dengan empal gentong, batik trusmi, dan tari topengnya saja. Padahal, ada satu bentuk kreatifitas ‘Wong Cirebon’ yang sudah mendunia. Ya, sandal kebarepan namanya.
Kebarepan adalah nama sebuah desa di kabupaten Cirebon yang terletak tepat di sisi jalur pantura yang menghubungkan Cirebon dengan kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagian penduduk di desa tersebut menggantungkan hidup dari usaha pembuatan sandal.
Ibu Erni, wanita berusia 59 tahun ini adalah ibu dari lima orang anak. Sejak tahun 1979 beliau mulai merintis usaha pembuatan sandal kebarepan. Menurut pemaparan beliau, usaha pembuatan sandal ini sudah turun temurun di kawasan desa kebarepan tersebut. Di awal perjuangannya, ibu Erni hanya membuat sandal dari ban bekas dengan paku sebagai pengaitnya. Kemudian beliau terus mengembangkan usahanya dengan mulai membuat sandal dari karet yang beliau sebut ‘sandal murahan’.
Saat ini usaha pembuatan sandal kebarepan tersebut beliau titipkan kepada anak sulungnya. Ketika masih di bawah pimpinan ibu Erni, usaha tersebut pernah mencapai puncak kejayaannya. Ini terlihat dari jumlah karyawan yang mencapai 100 orang pada saat itu. Mereka bekerja untuk memenuhi permintaan ekspor ke beberapa negara seperti Nigeria, Afrika, Jepang, Arab, dan beberapa daerah di kawasan Asia maupun Eropa.
Namun sayang, kejayaan tersebut tak dapat dipertahankan sampai sekarang. Penurunan permintaan ekspor terjadi di tahun 2003. Saat itu ibu Erni hanya bisa pasrah. “Rizki memang sudah ada yang mengatur, mungkin memang jalannya harus begini. Ya saya pasrah saja” begitu ujar ibu Erni dengan seutas senyum yang terus mengembang ketika ditemui di kediamannya. Anjloknya permintaan ekspor tersebut diperkirakan karena sandal hasil produksinya kalah bersaing dengan sandal buatan Cina. Keadaan tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa empat tahun setelah usahanya mengalami kemunduran, ibu Erni harus ikhlas melepas kepergian pendamping hidup yang menemani beliau merintis usahanya dari bawah.
Di tengah kondisi usaha yang terus mengalami kemerosotan, ibu Erni mencoba membuat inovasi baru yakni dengan membuat sandal karakter dan sandal batik. Sandal batik adalah buah pemikirannya karena pada saat itu beliau mempunyai ide membuat sandal yang bisa diidentikkan dengan kota Cirebon. Beliau memanfaatkan kain batik dengan motif mega mendung sebagai lapisan sandalnya. Kain batik dengan motif mega mendung dipilih ibu Erni karena beliau melihat batik mega mendung adalah ciri khas Cirebon. Sandal tersebut memang banyak diminati di pasaran, namun setelah itu banyak teman usahanya yang ikut membuat sandal buah pemikiran ibu Erni tersebut.
Banyak kendala yang harus dihadapi ibu Erni dalam mempertahankan usaha yang beliau rintis dari bawah. Pemasaran, ya saat ini permintaan ekspor sudah hampir tidak datang lagi. Biasanya setahun sekali ketika akan memasuki pergantian tahun (tahun baru) Jepang masih memesan. Meski tidak lagi dalam jumlah yang besar, setidaknya itu dapat menjadi pemasukkan di kantong ibu Erni. Namun ketika ditemui pada tanggal 12 Desember beliau mengaku belum ada permintaan untuk ekspor, meski saat ini momen pergantian tahun (tahun baru) tinggal menunggu hitungan hari saja. Kedua, minimnya tenaga kerja yang berminat masuk ke rumah produksi sandalnya. Tak heran jika saat ini ibu Erni hanya memiliki lima orang karyawan yang tersisa. Itupun hanyalah karib kerabatnya yang memang sudah lama bekerja dengannya. Output-output SMA atau SMK lebih memilih bekerja di pabrik-pabrik garment, textile, rokok, kabel, dan sektor-sektor lainnya. Memang ibu Erni belum berminat menambah karyawan dalam waktu dekat ini, mengingat masih minimnya permintaan konsumen. Selain itu, kendala yang harus dihadapi ibu Erni adalah ‘bengkak’nya harga bahan baku di pasaran saat ini. Kenaikan harga bahan baku untuk memproduksi sandal merangkak naik 10% dari biasanya. Ini pasti ‘buntut’ dari kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi. Harga bahan baku melambung, tetapi ‘di lapangan’ konsumen keberatan jika harga sandal mengalami kenaikan. Kalau sudah begitu, makin sulit saja perjuangan ibu Erni untuk mempertahankan usahanya.
Upi, wanita dengan dua orang anak ini mengaku telah bekerja di rumah produksi sandal kebarepan ibu Erni sejak  masih remaja sampai sekarang. Setiap pagi, ibu Upi harus mengayuh sepeda  ‘tunggangannya’ dari tempat tinggal beliau di kawasan palimanan sampai di kebarepan. Rumah ibu Erni lah lahan ibu upi mengais pundi-pundi rupiah. Jam kerja ibu Upi setiap hari dimulai pukul 07.30-16.30 WIB dengan jeda waktu istirahat 30 menit ketika matahari sudah tepat menggantung di tengah langit desa kebarepan. Upah kerja ibu Upi dibayar di akhir pekan. Ketika ditemui di tempat kerjanya, terlihat ibu Upi sedang merapihkan bentuk sandal dengan pisau Karter sebagai alat pemotongnya. Meskipun begitu, kerjaan ibu Upi tidak sebatas merapihkan saja mengingat minimnya tenaga kerja yang ada di tempat tersebut. Bisa dibilang jika ibu Upi adalah karyawan multitalent. Beliau bisa mengerjakan apa saja mulai dari mengelem atasan sandal dengan dasaran, memasang tali penjepit, dan merapihkan bentuk sandal. Dalam sehari rata-rata ibu Upi mampu menyelesaikan 1-2 kodi sandal.
Setiap harinya rumah produksi sandal kebarepan ibu Erni masih menghasilkan 5-10 kodi sandal. Sandal-sandal tersebut beliau pasarkan di toko oleh-oleh khas Cirebon, pasar pagi, dan untuk melayani permintaan pemesanan dari beberapa hotel dan rumah sakit yang ada di sekitar wilayah Cirebon serta pelanggan lain dari beberapa kota lainnya seperti Bandung dan lain sebagainya.  “Untuk sandal karakter saya ‘bandroli’ Rp. 17.000/pasang dan harga tambahan Rp. 1.000/pasang jika konsumen ingin menyertakan namanya di atas sandal karakter tersebut. Sedangkan untuk sandal batik sendiri saya hanya mematok harga Rp. 8.000/pasang”. Begitu ungkap wanita ramah pemilik usaha sandal kebarepan yang sudah berhasil mendunia.


1 komentar:

  1. Bisakah saya minta alamat atau nomor kontak ibu Erni ini? Ada perlu untuk pembuatan sandal batik. Tq

    BalasHapus