Mengharap
Barokah
di
Patilasan Sang Pangeran
oleh
:IhromMaulana
Situasi malam di Kramat Talun |
Aku
berdiri di sebuah tanah bersejarah di sebuah kramat yang ber tempat di Desa
Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Di depanku bertumpuk beribu
bata membentuk pagar dan gapura. Sederet pedagang berbaris di sepanjang pagar
menggantungkan kehidupanya dan terdengar suara rintihan ana-anak yang berlarian
mengejar setiap peziarah anak-anak kecil itu mengharap sekeping uang receh dari
setiap peziarah. Di samping belakang kanan dan kiri hilir mudik peziarah yang
berhamburan di setiap sudut tempat Pesarean Pangeran Walangsungsang ( Embah
Kuwu Sangkan Cirebon Girang ) .
Patung ilustrasi hewan akan menyambut para
peziarah, patung tersebut berbentuk Kebo Dongkol dan ilustrasi hewan yang berbentuk Siput/Macan
Loreng Siliwangi. Suasana hening akan tereasa di depan Halaman Masjid kramat
Talun. Di dalam ruangan masjid tepat di sisi kanan pengimaman ada 2 Makam, di
sebelah makam tersebut sebuah pintu yang akan menghantarkan para peziarah
memasuki ruangan pasarean Pangeran Walangsungsang. Sebuah kain hordeng menyelimuti semua sisi
Pesarean Pangeran Walangsungsang,di ruang tersenbut sebuah takbir dan tahlil
berkumandang sebuah doa dan pengharapan di ucapkan. Mengharap sebuah barokah
dari kekasih Allah Sang Pangeran Walangsungsang.
Para Peziarah |
Pangeran
Walangsungsang di semayamkan di Gunung Cangak tepatnya di Desa Cirebon Girang
Kec. Cirebon Selatan ( Talun ). buktinya sekarang Masyarakat Cirebon
berduyun-duyun datang ke tempat Kramat itu. Pasarean Pangeran Walangsungsang
terus didatangi peziarah setiap harinya, Tidak hanya peziarahn dari Kota
Cirebon, ada juga peziarah yang datang dari luar kota yang berziarah di
Pesarean Pangeran Walangsungsang. peziarah yang datang hanya ingin berniat berziarah
kepada wali allah yang tujuanya mencari keberkahan bukan untuk mencari
kenikmatan duania (musrik). Ada juga para peziarah yanng datang ingin mencari
kehidupan dunia. Biasa mereka berpedoa supaya mereka di beri kehidupan harta
yang melimpah di dunia. Ada juga para peziarah yang sengaja ingin mendapatkan
ilmu, para peziarah tersebut biasanya berpuasa dan mereka tidak pulang beberapa
bulan, mereka tidur di tempa Kramat Pangeran Walangsungsang bahkan ada juga
mereka yang tidur di tempat keranda mayat. Para peziarah tersebut biasa di
sebut orang-orang yang sedang menyepi.
Tempat
Kramat merupakan tempat dimana menjadi sebuah peninngalan sejarah yang harus kita
maknai sebagai simbol adanya warisan kebudayaan. Tempat Keramat ini biasanya di
salah gunakan bagi para peziarah. Dibalik doa tak jarang peziarah menyelipkan
doa-doa dan harapan untuk meminta kepada makam kramat ini yang bersifat duniawi
dan musrik. Padahal mereka tahu bahwa hukumnya musrik jika mereka memint-minta
sesuatu selain allah. Bahkan dalam tata tertib di sebuah Kramat Pangeran
Walangsungsang ini di jelasakan bahwa para peziarah yang hendak berdoa tidak
boleh menyimpang dari akal budi manusia. Tapi nyatanya banyak dari kalangan
peziarah yang menyelipkan doa-doa dan pengharapan yang bersiafat menyimpang
syariat islam.
Pada
Malam jumat kliwon peziarah yang datang akan lebih banyak berkali lipat tidak
seperti hari-hari biasanya. pada malam jumat kliwon masyarakat mrenyebut juga dengan kliwonan. Para peziara biasanya
pada malam jumat kliwon ini berpindah dari kermat satu ke kramat yang lain
misalnya, para peziarah tersebut dari Kramat Gunung jati mereka sesudah tahlil
di Kramat Gunung Jati kemudian mereka akan berpindah ke Kramat pangeran
Walangsungsang untuk bertahlil. Hal tersebut mereka lakukan semata-mata hanya
ingin mencari sebuah barokah dari wali allah.
Pangeran
Walangsungsang dilahirkan pada tahun 1423 M di Kraton Pajajaran Bandung, dari
seorang Ayah Prabu Siliwangi Raja ke IX ( sembilan ), sedangkan ibunya Nyai Mas
Ratu Subang Larang yang memeluk Agama Islam di Pangguron Syech Quro Karawang
Jawa Barat. Pangeran Walangsungsang adalah seorang figur yang islami, pada
massa remaja ketika berumur 17 tahun dengan semangat yang tinggi belaniau gigih
mencari agama yang di yakini kebenaranya, mencari tuhan yang berhak untuk di
sembah. Beliau rela meninggalkan Istana Kerajaan yang megah, dengan menyebrangi
hutan yang lebat,Menyeberangi lembah yang dalam dan mendaki gunung yang tinggi
beliau terus berjalan.akhirnya beliau bertemu orang- orang sakti di sanalah
beliau mendapatkan petunjuk agar beliau datang ke Gunung Jati untuk berguru
pada syech Nurul Jati.
Kemudian
beliau berguru Syareat Rosul, beliau mengaji serta mempelajari ajaran-ajaran
Islam secara menditail, setelah beliau lenkap akan ilmu-ilmunya Allah hingga
akhirnya bergelar Somadullah lalu beliau di tugaskan untuk Membabad Pedukuhan
Cirebon, yang berlangsung pada hari Minggu tanggal 1 syuro 1447 M. Pangeran
walangsungsang berdakwah menyebarkan Agama islam dengan keponakanya Syeh Syarif
Hidayatullah, beliau berharsil membawa masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk
beribadah kepada Allah SWT.dengan penuh kesabaran akhirnya beliau berhasil
membangun Cirebon menjadi Negara yang
berazaskan Islam dan disana pula beliau membangun keraton yang di beri nama “
pakungwati”. Para pakar sejarawan hingga kini belum ada yang dapat menentukan
tahun wafatnya secara pasti , bahkan tempat di semayamkanya pun masih simpang
siur.hanya allah yang mengetahui kebenarnya.
Ihrom Maulana
Mahasiswa Unswagati Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar