Jumat, 09 Januari 2015

Feature



Mengharap Barokah
di Patilasan Sang Pangeran
oleh :IhromMaulana

Situasi malam di Kramat Talun
Aku berdiri di sebuah tanah bersejarah di sebuah kramat yang ber tempat di Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Di depanku bertumpuk beribu bata membentuk pagar dan gapura. Sederet pedagang berbaris di sepanjang pagar menggantungkan kehidupanya dan terdengar suara rintihan ana-anak yang berlarian mengejar setiap peziarah anak-anak kecil itu mengharap sekeping uang receh dari setiap peziarah. Di samping belakang kanan dan kiri hilir mudik peziarah yang berhamburan di setiap sudut tempat Pesarean Pangeran Walangsungsang ( Embah Kuwu Sangkan Cirebon Girang ) .
 Patung ilustrasi hewan akan menyambut para peziarah, patung tersebut berbentuk Kebo Dongkol dan  ilustrasi hewan yang berbentuk Siput/Macan Loreng Siliwangi. Suasana hening akan tereasa di depan Halaman Masjid kramat Talun. Di dalam ruangan masjid tepat di sisi kanan pengimaman ada 2 Makam, di sebelah makam tersebut sebuah pintu yang akan menghantarkan para peziarah memasuki ruangan pasarean Pangeran Walangsungsang.  Sebuah kain hordeng menyelimuti semua sisi Pesarean Pangeran Walangsungsang,di ruang tersenbut sebuah takbir dan tahlil berkumandang sebuah doa dan pengharapan di ucapkan. Mengharap sebuah barokah dari kekasih Allah Sang Pangeran Walangsungsang.
Para Peziarah
Pangeran Walangsungsang di semayamkan di Gunung Cangak tepatnya di Desa Cirebon Girang Kec. Cirebon Selatan ( Talun ). buktinya sekarang Masyarakat Cirebon berduyun-duyun datang ke tempat Kramat itu. Pasarean Pangeran Walangsungsang terus didatangi peziarah setiap harinya, Tidak hanya peziarahn dari Kota Cirebon, ada juga peziarah yang datang dari luar kota yang berziarah di Pesarean Pangeran Walangsungsang. peziarah yang datang hanya ingin berniat berziarah kepada wali allah yang tujuanya mencari keberkahan bukan untuk mencari kenikmatan duania (musrik). Ada juga para peziarah yanng datang ingin mencari kehidupan dunia. Biasa mereka berpedoa supaya mereka di beri kehidupan harta yang melimpah di dunia. Ada juga para peziarah yang sengaja ingin mendapatkan ilmu, para peziarah tersebut biasanya berpuasa dan mereka tidak pulang beberapa bulan, mereka tidur di tempa Kramat Pangeran Walangsungsang bahkan ada juga mereka yang tidur di tempat keranda mayat. Para peziarah tersebut biasa di sebut orang-orang yang sedang menyepi.



Tempat Kramat merupakan tempat dimana menjadi sebuah peninngalan sejarah yang harus kita maknai sebagai simbol adanya warisan kebudayaan. Tempat Keramat ini biasanya di salah gunakan bagi para peziarah. Dibalik doa tak jarang peziarah menyelipkan doa-doa dan harapan untuk meminta kepada makam kramat ini yang bersifat duniawi dan musrik. Padahal mereka tahu bahwa hukumnya musrik jika mereka memint-minta sesuatu selain allah. Bahkan dalam tata tertib di sebuah Kramat Pangeran Walangsungsang ini di jelasakan bahwa para peziarah yang hendak berdoa tidak boleh menyimpang dari akal budi manusia. Tapi nyatanya banyak dari kalangan peziarah yang menyelipkan doa-doa dan pengharapan yang bersiafat menyimpang syariat islam.
Pada Malam jumat kliwon peziarah yang datang akan lebih banyak berkali lipat tidak seperti hari-hari biasanya. pada malam jumat kliwon masyarakat  mrenyebut  juga dengan kliwonan. Para peziara biasanya pada malam jumat kliwon ini berpindah dari kermat satu ke kramat yang lain misalnya, para peziarah tersebut dari Kramat Gunung jati mereka sesudah tahlil di Kramat Gunung Jati kemudian mereka akan berpindah ke Kramat pangeran Walangsungsang untuk bertahlil. Hal tersebut mereka lakukan semata-mata hanya ingin mencari sebuah barokah dari wali allah.
Pangeran Walangsungsang dilahirkan pada tahun 1423 M di Kraton Pajajaran Bandung, dari seorang Ayah Prabu Siliwangi Raja ke IX ( sembilan ), sedangkan ibunya Nyai Mas Ratu Subang Larang yang memeluk Agama Islam di Pangguron Syech Quro Karawang Jawa Barat. Pangeran Walangsungsang adalah seorang figur yang islami, pada massa remaja ketika berumur 17 tahun dengan semangat yang tinggi belaniau gigih mencari agama yang di yakini kebenaranya, mencari tuhan yang berhak untuk di sembah. Beliau rela meninggalkan Istana Kerajaan yang megah, dengan menyebrangi hutan yang lebat,Menyeberangi lembah yang dalam dan mendaki gunung yang tinggi beliau terus berjalan.akhirnya beliau bertemu orang- orang sakti di sanalah beliau mendapatkan petunjuk agar beliau datang ke Gunung Jati untuk berguru pada  syech Nurul Jati.
Kemudian beliau berguru Syareat Rosul, beliau mengaji serta mempelajari ajaran-ajaran Islam secara menditail, setelah beliau lenkap akan ilmu-ilmunya Allah hingga akhirnya bergelar Somadullah lalu beliau di tugaskan untuk Membabad Pedukuhan Cirebon, yang berlangsung pada hari Minggu tanggal 1 syuro 1447 M. Pangeran walangsungsang berdakwah menyebarkan Agama islam dengan keponakanya Syeh Syarif Hidayatullah, beliau berharsil membawa masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk beribadah kepada Allah SWT.dengan penuh kesabaran akhirnya beliau berhasil membangun Cirebon menjadi Negara  yang berazaskan Islam dan disana pula beliau membangun keraton yang di beri nama “ pakungwati”. Para pakar sejarawan hingga kini belum ada yang dapat menentukan tahun wafatnya secara pasti , bahkan tempat di semayamkanya pun masih simpang siur.hanya allah yang mengetahui kebenarnya.

Ihrom Maulana
Mahasiswa Unswagati Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar