Kamis, 08 Januari 2015

Feature



MAYORITAS ROTAN MASYARAKAT BALAGEDOG
Rotan dalam bahasa inggris disebut Rattan adalah sejenis tanaman akar-akaran liar yang banyak tumbuh di daerah hutan hujan tropis. Di Indonesia daerah penghasil rotan mentah terbesar adalah Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Banyak sekali kegunaan rotan mentah yang kemudian dijadikan anyaman atau kerajinan tangan. Adapun sentra industri kerajinan dan mebel rotan terbesar di indonesia terletak di Cirebon sekitar pada tahun 1950-an.
Desa Balagedog, Kec. Sindangwangi, Kab. Majalengka merupakan salah satu tempat yang mayoritas warganya adalah perajin rotan selain bertani. Duduk dengan bangku kecil yang terbuat dari kayu dengan tinggi kurang lebih 10 cm, kaki ngejegang ditemani dengan batang rotan yang langsing berdiameter 2-5 cm, beruas panjang, tidak berongga, dan agak berbau merupakan profesinya setiap hari. Tanpa menggunakan penutup hidung dengan cekatan, ulet, dan jeli bapak Hariri (45 tahun) mendedikasikan waktunya untuk mengayam sehingga dalam per harinya bisa menghasilkan 20 – 25 pcs rotan yang berukuran sedang.
Pak Hariri merupakan salah satu perajin sekaligus pengesub rotan yang bahan mentahnya didapat dari kota Cirebon, beliau sudah bekerja sejak tahun 1994 silam. Demi menafkahi dua orang anak dan satu istri bapak Hariri mengeluti profesinya ini karena tidak punya pkerjaan lain selain rotan, menurutnya pekerjaan rotan ini tanpa harus memikirkan modal yang dikeluarkan dan tanpa jauh-jauh keluar kota demi menafkahi keluarganya dan keuntungan yang didapat selama ia bekerja cukup lumayan yaitu sekitar kurang lebih 2 juta rupiah. Ketika produksi rotan sedang turun dia tetap dengan memekuni pekerjaannya walaupun hasilnya tak seperti biasanya dan tetap bersabar. Menurut beliau juga, keterampilan dan kejelian merupakan modal utama dalam mengayam rotan. Produk yang dihasilkan  oleh perajin tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tetapi juga luar negeri. “Untuk penjualan ke luar negeri perajin bekerja sama dengan pihak ketiga atau eksportir,” jelasnya.
Selama bekerja suka dan duka sering membalut dalam dirinya. Membalut perasaan suka ialah pada saat bisa membantu perekonomian masyarakatnya, mendapatkan bahan kering dan kualitas bagus dengan harga murah, karena akan mendapatkan untung yang lumayan. Akan tetapi, membalut perasaan duka merupakan hal yang sangat pahit, ketika mendapatkan bahan basah akan berdampak merugi dan berakibat hasil produksi rotannya tidak dapat diterima oleh pembeli, ujarnya. Pak Hariri bekerja sama dengan PT. Arya Rotan dan yang menjadi pusatnya adalah PT. Karya Mandiri kota Cirebon.
Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak, beberapa yang paling umum diperdagangkan/diproduksi oleh pak Hariri adalah berbahan Jawit, Kubu, Lacak, Slimit dan Fitrit. Menurut beliau agar menghasilkan barang yang baik maka bahan rotan tersebut harus direndam dalam kolam selama kurang lebih satu bulan. Itulah dampaknya kenapa rotan bisa berbau.  Akan tetapi, proses perendaman itu tujuan agar rotan tersebut tidak mudah lapuk. Selain itu, jenis atau model yang diproduksi oleh pak Hariri diantaranya adalah sejenis keranjang, potato, nampan, dan lain-lain.
Bahan olahan (bahan mentah) yang didapat pada hari minggu kemudian hasil produksinya harus diantarkan pada hari kamis sehingga pada hari rabu para perajin harus bekerja keras bahkan ada juga yang ngelumbur hingga larut malam. Namun, tidak mengubah kualitas barangnya. Ia menambahkan, perajin selalu menjaga kualitas hasil produksinya sehingga meski persaingan semakin ketat, perajin tidak merasa khawati akan kehabisan order. ”Menjaga kualitas faktor yang menentukan agar produk yang kami hasilkan dapat diterima oleh pembeli” tambahnya.

Duriyatul Rizki Mahmudah
Diksatrasia Unswagati Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar